19 Desember 2009

Salahkah Jadi PELACUR?

Sudah beberapa hari ini kami selalu mendapat pasokan berita razia Pekerja Seks Komersil (PSK) dari koresponden dan kontributor Jakarta maupun daerah. Beberapa hari menjelang Ramadhan, di berbagai tempat polisi maupun Satpol PP rajin menggelar razia. Tugas saya antara lain adalah mem-preview gambar-gambar liputan itu sebelum diedit visual. Editor visual kadang bertanya pada saya, “Mas, ini mukanya di-blured nggak?” Jika mereka bertanya begitu, pasti saya minta di-blur. Saya suka gak tega melihat PSK-PSK itu. Begitu-begitu mereka juga pasti punya keluarga yang tak mau melihat mereka masuk TV dengan cara seperti itu.



Tadi malam ada satu lagi berita razia PSK yang bikin saya sedih. Bukan pada liputan atau wartawannya, tapi pada cara orang-orang yang merazia itu. Mereka sampai masuk ke kamar-kamar kos atau rumah di lokasi yang dicurigai sebagai sarang PSK. Banyak yang kaget karena dibangunkan malam-malam, diminta menunjukkan KTP, disuruh berpakaian, lalu diangkut paksa dengan mobil ke kantor entah apa itu. Kantor itu mungkin isinya moralis atau nabi semua, sehingga merasa bisa mendudukkan orang di lantai seperti itu hanya karena mereka bekerja menjajakan kelamin.

Razia-razia seperti itu memang semakin sering digelar belakangan ini. Baik itu di jalan-jalan maupun yang langsung jemput bola seperti tadi. Alasannya untuk menjaga kesucian Ramadhan. Ya Allah yang Maha Mengetahui, ampunilah saya, karena tidak bisa memahami cara pikir mereka. Orang-orang pintar itu, mereka telah merendahkan Ramadhan-Mu dengan mengukur kesuciannya berdasarkan seberapa banyak PSK yang bisa digaruk!

Saya pernah punya sahabat yang dianggap PSK, meski saya tidak pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kadang ada saja orang yang nanya, “Kamu berteman sama dia, Chan? Dia itu kan.. bla.. bla…” Atau ada yang cerita, “Iya, dia di SMA-nya dikeluarin gara-gara… bla.. bla.. bla…”
So what! Kalaupun dia benar PSK, memangnya kenapa? Apa bedanya dia dengan kalian? Kalau kalian bekerja dengan pikiran dan sedikit tenaga, dia bekerja dengan kelamin dan sedikit erangan. Sama-sama untuk bertahan hidup juga, bukan?

Ada juga teman SD saya yang sekarang jadi PSK. Saya pernah melihat dia berkeliaran di jalan jam dua pagi. Saya ingin menegurnya, tapi takut membuat dia merasa tidak nyaman. Saya juga khawatir kalau dia melihat saya, dia akan berubah dari PSK menjadi PSTK atau Pekerja Seks Tidak Komersil. Paling tidak mungkin dia akan kasih saya harga teman. Hehehehe…

Ya begitulah, klo menjelang Ramadhan ini, banyak orang yang tiba-tiba merasa dirinya lebih saleh daripada orang lain. Ustadz-ustadz yang berdiri di mimbar mesjid ramai-ramai menghakimi orang-orang berdosa di luar sana, atau menakut-nakuti jemaahnya akan masuk neraka. Mereka mungkin lupa, bahwa Rasulullah Muhammad tidak berdakwah seperti mereka. Mudah saja berdakwah di depan orang-orang yang sudah duduk manis di mesjid, yang susah adalah mengajak orang untuk datang ke mesjid. Dakwah Rasulullah bertahun-tahun adalah untuk mengajak orang ke mesjid. Kalau hanya menceramahi orang-orang berbaju koko mahal di majelis-majelis pengajian yang terorganisir, saya pikir kontestan Pildacil juga bisa melakukan itu.

Sekalinya ada da’i yang langsung terjun berdakwah ke sarang maksiat, dianggap aneh. Ulama-ulama mapan menganggap dakwah seperti itu akan lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya, dan hanya akan menimbulkan fitnah. Ibaratnya meneteskan madu ke dalam segelas racun. Di Surabaya, ada ustadz yang dianggap sableng karena berdakwah di lokalisasi Bangunsari.

kembali ke masalah razia PSK. Saya bukan liberalis tapi tidak juga menentang atau mendukung hukum ala Taliban. Siapalah saya ini. Kalau misalnya diminta, “Hei kamu, coba kasih solusi supaya PSK-PSK tidak perlu dirazia?” Wah, saya sudah pasti teler duluan. Mbok ya, mengurusi diri sendiri saja susahnya minta ampun, apatah lagi kalau disuruh kasih solusi bagaimana cara menghapuskan profesi yang usianya hampir setua peradaban ini sendiri.

Saya hanya berharap, akan ada orang seperti Nabi Isa Alaihissalam, yang ketika seorang pelacur akan dihakimi massa, Nabi Isa segera maju dan menawarkan batu. “Ayo, siapa yang merasa dirinya lebih bersih daripada perempuan ini, silahkan melempar pertama kali.”

Akhirul kalam, saya mohon maaf sebesar-besarnya jika saya ada berbuat kesalahan yang menyakiti hati atau tubuh teman-teman sekalian. Untuk teman-teman yang berpuasa, selamat menjalankan ibadah puasa, baik itu yang mengikuti NU, Muhammadiyah, Ahmadiyah, maupun pemerintah….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar